by

Waspada, Penipuan Investasi Lewat Trading dan dan Kenalan dari Medsos

JAKARTA, MEDIABHAYANGKARA.CO.ID – Penipuan baru penipuan berkedok investasi saat ini marak terjadi di Indonesia, para pelaku umumnya masuk melalui media sosial khususnya Facebook dengan cara mencari sahabat lalu meminta konfirmasi pertemanan.  Umumnya mereka wanita menggunakan akun Facebook yang dirancang khusus.  Keanehan FB ini sangat terasa, biasanya mereka wanita berparas cantik tampil sendirian, berfoto selfie sendirian dan pose-pose sederhana, tidak ada sahabat atau kerabat di sana, apalagi anggota keluarga dan jejak digital kegiatan lainnya, minim komentar.  Mereka ini biasanya layaknya wanita anggun, tampil bak peragawati dan wanita karir berkelas atas dengan dandanan rapi, dan kegiatan gym, serta tempat-tempat yang sunyi dari keramaian.

Setelah melalui proses perkenalan biasanya pelaku mulai mencari mangsa.

Mereka seperti wanita misterius, orang asing yang bisa masuk ke dalam percakapan teman baru, lalu berkenbang akrab melalui kata-kata manis, dan sesekali menunjukkan rasa cemburu dan rasa kedekatan yang hangat.

Sampai suatu saat, pada saat yang tepat, calon mangsanya diiming-imingi dengan gambar dari si perayu berupa gaya hidup berkecukupan.  Dari sana lah cerita berawal, wanita misterius sebut saja bernama Nadine Aisyah yang mengaku berasal dari Deli Tua, sebuah daerah di Provinsi Sumatera Utara ini pelan tapi pasti menunjukkan akativitas kesehariannya.  Hak serupa dilakukan oleh Aprillia asal Semarang, maupun Zara dari Manado, modusnya sama tampilannya sama, komunikasinya sama, ujung-ujungnya mengajak berkembang melalui investasi yang mereka peroleh lewat paman.

Nadine lalu memulai percakapan bahwa dirinya dulu adalah wanita sederhana.  Begitu pula Lia yang mengaku anak petani, dan Zara yang mengaku yatim sejak kecil dan tak ingin miskin lagi. Kesemua wanita itu bisa bangkit berkat bisnis investasi berkat diajak pamannya melalui sebuah aplikasi bernama geminiwn.com yang menamakan diri Investasi Bisnis dan Ethereum Global Fidelity dan Trading V001 .

Dia juga menunjukkan gambar bahwa dirinya memiliki bisnis butik dengan gambar tengah mengirimkan beberapa koli pakaian ke dalam kendaraan angkut.  Sempurnalah sudah si Nadine menjadi wanita berkecukupan dengan menampilkan sejumlah uang hasil investasinya melalui lembaran penarikan dengan nominal tertentu.

Dari sanalah bujuk rayu ini dimulai, ketika sahabat barunya mulai percaya dengan dirinya.

Seperti ada adagium yang mengatakan, kejahatan sekalipun harus menggunakan orang baik dan dengan dibangun dengan tujuan baik, maka kejahatan itu tidak tampak.

Membangun kepercayaan ini, tentu tidak dalam satu atau dua hari. Berminggu-minggu dilaksanakan dengan sabar dan telaten ada yang bulan Mei dan bulan Juni 2025.

Sampai suatu hari, ketika dirinya sudah mantap dengan mangsanya, dia menyodorkan nama seseorang bernama Sapta.  Sapta ini kemudian mengaku sebagai ahli trading.  Sapta yang bernama lengkap Sapta Mulya Abdony mengaku tinggal di Amerika dan bekerja sebagai pialang valas di sana.

Dimulai dari Rp 2 Juta rupiah

Setelah Nadine memberikan nama konsultan Sapta, maka Sapta mulai menyuruh korbannya untuk investasi awal sebesar Rp 2 juta rupiah.

Trading awal pun dimulai dengan membuka account di platform Geminiwin.com.  Hanya setengah jam melalui bimbingan Sapta, bersama dengan anggota yang baru (diduga mereka ini adalah satu kelompok), investor mendapatkan laba Rp 600.000 atau rata-rata 30%.

Bahkan investor pun bisa menarik uangnya hingga masuk ke rekening dengan jumlah modal plus profit menjadi sebesar Rp 2.600.000,-  Investor tidak dikenakan biaya apapun (free) dan tentu saja investor baru kagum dan sulit mempercayai transaksi ini dengan demikian cepat.

Tapi cerita tak sampai di sini.  Usai transaksi ini, sang konsultan Sapta yang foto profilnya beda setelah dilacak dengan pencari identitas, menawarkan kembali investasi putaran kedua.  Nilai investasi yang ditawarkan mulai dari Rp 5 juta, Rp 10 juta, Rp 15 juta dan Rp 20 juta.

Dalam sekejap, anggota WAG Investasi yang diberi nama Investasi Bisnis dan Ethereum Global Fidelity langsung penuh, semuanya langsung menyatakan ikut dan menyetorkan uang mereka untuk putaran ke-2.  Saya sendiri kebingungan karena memang keadaan keuangan yang terbatas dan belum tahu bisnis ini bagaimana.  Akhirnya saya pun ikut invetasi putaran kedua ini.

Saya sempat bertanya ke Nadine sebagai orang yang mereferensikan saya dalam bisnis ini “mendorong dengan halus” inilah saatnya untuk mendapatkan peluang lebih besar, katanya.

Pada putaran kedua ini, Sapta sang konsultan menyertakan pula perjanjian kontrak.  Di sinilah mulai kecurigaan itu muncul.  Kontrak perjanjian ini kelihatan janggal dan tidak sesuai dengan standard perjanjian umumnya, dimana perjanjian tersebut tidak memiliki kop surat tidak memiliki alamat dan tidak ada pihak yang bertanggung jawab.

Perjanjian ala-ala virtual https://jackcrem.com/#/formone? yang isinya berat sebelah.  Perjanjian yang hanya mengedepankan keuntungan yang dijanjikan tanpa bicara risiko.  Di dalam perjanjian ini, investor wajib membayarkan komisi sebesar 30% dari setiap keuntungan yang didapatkan sebagai biaya bimbingan.

Masih di dalam perjanjian ini pula, investor tidak bisa membayar komisi yang ada di dalam saldo atau dompet yang bersangkutan pada platform.

Semula saya mempertanyakan kebijakan ini, namun selalu dijawab ini sudah ketentuan perusahaan.  Sementara yang namanya perusahaan tidak ada sama sekali disebutkan di sini, apakah nama perusahaan itu?  Bahkan pembayaran deposit dan pembayaran komisi melalui rekening perorangan yang berbeda-beda.  Rekening deposit melalui Bank Mandiri MHD BOBBY IRAWAN 1070022010930 dan rekening pembayaran komisi lewar BRI atas nama ASEP RIYAN 401101034365538, nama Sapta sendiri sebagai operator kejahatan ini malahan tidak muncul.

Pada investasi putaran kedua ini, dikatakan transaksi akan dijalankan sebanyak 5 kali.  Baru setelah itu dana bisa dicairkan atau ditarik ke rekening pribadi investor.

Tanggal 1 Juli 2025, dimulailah transaksi kedua.  Semua anggota ikut transaksi ini dan taraaaaaaaaaa….transaksi bimbingan Pak Sapta tadi semuanya menghasilkan laba lebih dari 100%.  Investasi Rp 5 juta menghasilkan laba Rp 7,5 juta, yang Rp 10 juta laba Rp 12 juta, yang Rp 15 juta laba Rp 17 juta dst

Dengan seketika Pak Sapta menagih komisinya 30% yakni Rp 2,35 juta, demikian pula halnya dengan investor lainnya.

Saya sempat bertanya kok profit ini tinggi sekali?  Bukankah diprediksi 30-50% saja.  Saya curiga bahwa transaksi ini tidak riil alias akal-akalan saja dari IT mereka.  Tetapi peserta atau investor lainnya malahan memberikan icon dengan tanda jempol terbalik. “Orang pengen untung besar, dikasih untung besar malahan protes,” kata Suhardi merujuk pertanyaan saya di group tersebut.

Melalui japri Pak Sapta menyampaikan bahwa uang di dompet saya yang semula bernilai Rp 5 juta sudah menjadi Rp 13 juta.  Tetapi sekali lagi angka ini tak ada gunanya dan tidak bisa untuk membayar komisi dirinya,perlu dana cash dari kantong saya.

Berdasarkan kalkulasi saya, putaran investasi ini sengaja dibikin profitnya tinggi supaya investor terbuai.  Ssaya investasi yang semula Rp 5 juta, telah berubah menjadi 13 juta pada putaran berikutnya atau pada babak intermediate.

Berdasarkan asumsel saya, pada babak intermediate putaran ke-2, jumlah investasi ini akan menjadi 24 juta, dan pada putaran ke-3 menjadi Rp 48 juta, pada putaran ke-4 menjadi Rp 96 juta dan pada putaran ke-5 atau terakhir akan menjadi 178 juta.  Setelah itu baru bisa dicairkan oleh investor melalui tuntunan si konsultan.

Bisa dibayangkan apabila profit ini makin tinggi, maka komisi yang harus dibayarkan juga sangat tinggi.

Berdasarkan asumsi di atas pada babak intermediate, putaran ke 1 laba diperoleh Rp 7,5 juta (komisi harus dibayar Rp 2,5 Juta), putaran ke 3 laba Rp 15 juta (komisi Rp 5 juta), putaran ke 3 profit Rp 30 juta (komisi Rp 10 juta) dan putaran ke 4 profit 60 juta komisi Rp 15 juta dan putaran ke-5 atau terakhir profit 120 juta komisi yang harus dibayar Rp 40 juta.  Maka dapat disimpulkan investor harus membayar komisi akumulasi sebesar Rp 77,5 juta (Rp 2,5 juta + Rp 5 juta +Rp 10 juta + Rp 20 Juta + Rp 40 juta).  Iming-imingnya di saldo atau domper investor ada uang sebesar Rp 178 juta.  Ini pun tidak ada jaminan uang bisa ditarik karena akan muncul beberbagai alasan, atau kalah trading di ujung transaksi atau alasan apalagi.

Toh pada putaran ke-5 ini uang disaldo juga tidak ada jaminan bisa ditarik, karena penarikan 100% tergantung pada bimbingan Pak Sapta.

Yang menjadi masalah siapakan yang bisa tahan dengan investasi snowing ball (bola saju) yang digulung makin lama makin besar ini?

Dalam situasi yang gamang tersebut, saya sempat berdebat dengan P Sapta, saya mempertanyakan berkali-kali keragu-raguan transaksi mencurigakan ini.  Iming-iming beruntung tetapi pelan tapi pasti mereka justru membuat investor menjadi buntung.

Lagi-lagi kehadiran Nadine, mempengaruhi keputusan investasi ini harus lanjut atau berhenti.

Nadine berkali-kali meyakinkan bahwa dirinya juga pernah ragu semacam ini akan tetapi dia bisa sampai titik ini.  Bualan ini saya ketahui karena Nadine tidak bisa menjawab bagaimana solusinya?

Dia hanya mengatakan jangan takut pasti ada solusinya, nanti dia bantu pembayaran komisi pada ujung transaksi.  Dia mengaku baru saja dapat bantuan dana dari Paman.  “Nanti saya bantu,” kata dia.

Keadaan psikologis ini tentu saja membuat investor akan kehabisan nafas dalam artian harus mengeluarkan uang terus menerus dari kocek pribadinya dan tidak bisa mengambil modal dari dompet atau saldo yang ada pada akun mereka tak bisa menolong sama sekali, aneh bukan.

Dengan kata lain investor dipaksa menguras uangnya sebelum dia bisa mencairkan jumlah yang ada di dalam dompet atau di dalam account invest tersebut jumlah yang ada dalam dompet tersebut tentulah jumlah angka yang sangat besar tetapi angka hanyalah angka dan angka tersebut sama sekali tidak bisa ditarik sebelum penyelesaian pembayaran komisi-komisi dilakukan

Lalu saya mencari tahu lebih banyak siapakah sebenarnya orang yang mengajak berinvestasi yang menggunakan Facebook tersebut? Siapakah konsultan tersebut lalu siapakah yang ada grup di dalam grup investasi tersebut.

Dugaan keras berdasarkan rangkaian peristiwa di atas, mereka ini adalah satu kelompok satu komplotan mafia.

Hal ini saya dapatkan dari sebuah sumber yang telah membocorkan rahasia tersebut.  Sumber itu mengakui dengan terus terang dia dan tim nya hidup dari uang investor, angka-angka profit hanyalah angka rekayasa teknologi, bukan angka riil trading atau investasi dalam bentu bitcoin atau crypto.  Dia merasa terpanggil dan bercerita kepada saya tentang apa yang sebenarnya mereka lakukan itu adalah kejahatan berkelompok.  “Uang yang saya dapat itu tidak pernah cukup, uang itu tidak halal, dan tidak berkah, dan sampai sekarang saya masih gali lobang tutup lobang dengan pinjam online (pinjol),” kata sang konsultan yang tinggal di Jakarta ini.

Kami hidup 100% dari investor yang baru masuk, bukan dari hasil trading apalagi dari profit. “Saya tidak tega dengan modus yang telah dilakukan dengan cara trading ini, banyak masyarakat yang tergiur karena profit dan juga karena dorongan teman baru di FB yang sering mengaku sebagai calon istri atau pacar hanya untuk mendekatkan diri agar tidak berjarak lagi.

Apabila ada investor yang masa keberatan atau menolak di tengah jalan dan ingin berhenti (break), maka si konsultan dan tentu saja dengan wanita FB yang merayu tadi akan mendorong terus supaya konsisten melanjutkan transaksi ini sampai ke titik akhir sampai benar-benar habis nafas.

Mereka inilah yang semuanya menikmati hasil uang investor, mereka inilah yang menikmati bahwa investor tidak akan ada yang kuat untuk menyelesaikan transaksi ini karena jumlah uang yang harus dikeluarkan berlipat-lipat ganda berlapis-lapis sehingga investor habis nafas namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Invest investor ragu-ragu untuk melaporkan mereka ke pihak berwajib karena ketidakpastian hukum mereka juga ragu-ragu karena ada perjanjian yang telah dibuat atau kontrak yang dibuat secara sepihak yang tidak memenuhi unsur-unsur keadilan di sinilah tempat bersembunyi para konsultan dan perayu-perayu untuk menjebak orang-orang yang berinvestasi di perusahaan mereka ini.

Mereka melakukan gaslighting, tidak segan-segan mereka menyerang balik dan menyalahkan investor dengan mengatakan bahwa kalianlah yang tidak paham dengan kontrak.  Mereka  juga ngegas atau mereka malah balik mengancam investor tadi dengan dengan dalil bahwa merekalah yang melanggar hukum dan rewel dan merekalah yang tidak bisa menyelesaikan transaksi bukan pihak investor atau pihak yang merayu sehingga investor terjebak di dalam jeratan transaksi ini yang dikenal sebagai taktik klasik scammer agar korban diam.

Beberapa nama dan platform yang bisa dikenal adalah nama-nama sebagai berikut Aprilia asal Semarang, Nadine asal Medan, Zara asal Manado, mereka menggunakan platform yang berbeda-beda yaitu Gemini.vp CMC, dan beberapa nama konsultan adalah Sapta kemudian Suherman.  Sementara mereka yang bergabung di dalam klub atau grup WA investasi ini juga adalah mereka-mereka juga dengan nomor-nomor HP yang mencurigakan dan tidak bisa dilacak dan telah dipersiapkan matang, ada nama Budi Hartono, Losa Luciano Araujo yang trenyata bernama asli Pak Arif, Suhardi dan Nadine.

Sekali lagi, penipuan ini memang sangat dahysat dan halus.  Sahabat baru ini bukan saja berasal dari FB, tetapi ada pula yang berasal dari IG, bahkan mereka juga ada yang berasal dari group pencarian jodoh. Singkat kata lengkap sudah jejaring mafia kejahatan ini berkeliaran di dunia maya Indonesia.

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *