by

Sri Sultan HB X Menilai Alasan Diplomasi Maritim Punya Nilai Tinggi

Yogyakarta, MB – Revitalisasi diperlukan untuk semangat wawasan Nusantara Bahari Guna mempercepat kebangkitan Indonesia menjadi poros maritim dunia.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan hal itu melalui keterangan resmi di Yogyakarta, Minggu (12/2/23).

“Guna mempercepat kebangkitan Indonesia melalui gagasan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, upaya revitalisasi semangat Wawasan Nusantara Bahari diperlukan,” ujar Sri Sultan.

Dalam gelaran Maritim Award 2022-2023 yang dihelat di Batavia Marina Sunda Kelapa Jakarta pada Jumat (10/2/23), Sultan juga menekankan bahwa pemahaman tentang geopolitik’’.

Sri Sultan menambahkan, Indonesia patut menaruh perhatian dengan posisinya yang memangku Samudera Hindia, khususnya eksistensi Jalur Sutera Maritim dimana pada masa perang dingin Samudera Hindia tidak pernah menjadi daya tarik kepentingan ekonomi dan politik bagi negara-negara tertentu, terutama Amerika, Jepang, China dan negara-negara Eropa.

Lanjut Sultan, konstelasi mulai berubah pada awal 2000 an, ketika konflik perairan China Selatan mengemuka yang menyebabkan Samudera Hindia muncul ke permukaan sebagai wilayah ekonomi dan politik yang sangat penting.

Merujuk pada fenomena maritim tersebut, menurut Sultan, tak berlebihan apabila bangsa Indonesia memang harus menggali, mengkaji, serta merevitalisasi kembali semangat Wawasan Nusantara.

Sultan kembali menekankan, para penghuni yang ada di dalam Nusantara, harus memiliki Wawasan Nusantara, sekaligus Wawasan Bahari atau lebih tepatnya Wawasan Nusantara Bahari.

“Dalam upaya revitalisasi semangat Wawasan Nusantara, maka konsekuensi lanjutan adalah, bangsa Indonesia harus memiliki pemahaman tentang geopolitik dan geostrategi,” jelas Sultan.

Pemahaman geopolitik dan geostrategi, terang Sultan, dimaksudkan untuk menggugah wawasan, dalam usaha untuk mengeksplorasi jati diri bangsa.

Pemahaman geopolitik dan geostrategi tersebut, menurut dia, dapat diderivasi dari Wawasan Nusantara dan diaktualisasikan dalam konsep Bhineka Tunggal Ika, dan untuk ditempatkan dalam konteks percaturan global dan pergeseran geopolitik internasional.

Sultan mengingatkan, semangat dan keterampilan bahari yang pernah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia perlu digali dan dikembangkan kembali di kalangan generasi muda, agar bangsa Indonesia mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Perlu disiapkan generasi muda Indonesia, yang sanggup mengambil tanggung jawab masa depan, berkeyakinan diri, dan memiliki wawasan kebaharian yang mendalam, serta didukung oleh keterampilan bahari yang memadai,” ujarnya.

Masih menurut Sultan, di tengah upaya menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, teriring pula kewajiban nasional untuk memperkuat integrasi bangsa melalui strategi nasional aktualisasi nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika.

Karena itu, sekalipun bangsa Indonesia adalah masyarakat yang bhineka atau berbeda-beda, harus selalu diingatkan bahwa seluruhnya adalah satu, dan sudah seharusnya menjadikan keberagaman sebagai faktor perekat integrasi bangsa, melalui upaya-upaya proaktif dan partisipatif.

“Memenuhi tantangan tersebut, tentu menjadi relevan, apabila kita melakukan flashback atau upaya peneguhan Wawasan Nusantara Bahari, yang telah dilontarkan dalam Deklarasi Djuanda tahun 1957,” ungkapnya.

Wawasan Nusantara Bahari yang didesain sebagai simbol pemersatu bangsa, menurut Sultan, tetap harus diperjuangkan, meski nasib dari konsep itu, dinilai belum mengalami kemajuan berarti.

“Nilai ekonomis, strategis, bahkan simbolis dari batas wilayah laut, belum pernah dikembangkan secara sungguh-sungguh,” jelas Sultan.

Diplomasi maritim dan diplomasi ekonomi, kata dia, merupakan bagian penting dari kebijakan luar negeri Indonesia yang amat strategis, terutama jika diperankan dalam pergeseran konstelasi geopolitik internasional masa kini.

Sultan Mengungkap, alasan utama diplomasi maritim dinilai bernilai tinggi yakni manfaat wilayah maritim terhadap pembangunan ekonomi, serta urgensi pembaruan konsep geopolitik dalam Wawasan Nusantara yang juga tidak dapat dilepaskan dari nilai simbolis wilayah maritim.

“Hakikat geopolitik dan geostrategis Indonesia sebagai negara kepulauan, perlu benar-benar dipahami, agar NKRI tidak mudah diintervensi dan di infiltrasi oleh kekuatan tertentu, baik dari dalam maupun luar,” pungkas Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Dalam Maritim Award 2022-2023 yang digelar Internasional Sea Port Exhibition and Conference  (ISPEC) Sri Sultan Hamengku Buwono X memperoleh penghargaan Inisiator Kebijakan di Bidang Pembangunan Maritim.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *