Bhayangkara101, Lembang.- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E., M.P.P., melaksanakan launching/peluncuran dan review buku “Plan Bobcat” melalui sarana virtual/zoom meeting yang dilaksanakan di Graha Widya Dirgantara, Seskoau, Lembang. Senin (25/10/2021).
Acara dimulai pada pukul 09:00 WIB dan diawali dengan penandatanganan buku “Plan Bobcat” oleh Kasau yang didampingi oleh Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Danseskoau). Buku tersebut kemudian diserahkan kepada Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara III (Pangkoopsau III) Marsda TNI Samsul Rizal selaku perwakilan para penanggap (reviewer).
Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian sambutan dari Kasau, “Hadirin sekalian, sekitar 7 bulan yang lalu pada akhir Maret 2021, kita telah menyelenggarakan seminar Air Power yang mengangkat tema ‘Transformasi Air Power guna mewujudkan TNI AU menjadi angkatan udara yang disegani di kawasan.’ Dari seminar tersebut saya menyaksikan diskusi yang sangat menarik antara para narasumber, para peserta seminar, juga para penanggap. Saya memandang hal tersebut sebagai suatu hal yang positif, karena selain menjadi wujud rasa cinta terhadap kedirgantaraan Indonesia, melalui seminar tersebut juga terdapat banyak masukan khususnya untuk kemajuan TNI AU,” tuturnya.
Ia kemudian menyatakan bahwa seminar tersebutlah yang mengawali niatnya untuk memadukan pengetahuan dan pengalaman pribadinya selama bertugas di TNI AU dan menuangkannya dalam tulisan pada buku berjudul “Plan Bobcat”. Ia juga menerangkan bahwa dalam proses penulisan buku tersebut, ia banyak mendapat masukan dan saran dari bebrapa rekan, baik internal TNI AU maupun dengan para pengamat Air Power di dalam negeri.
“Sesuai dengan konsep Air Power yang sangat dinamis dan kompleks, buku ini juga bersifat dinamis. Maka seiring dengan perkembangan, edisi revisi buku ini juga akan diterbitkan,” lanjutnya.
Ia kemudian menjelaskan lebih lanjut perihal filosofi postur Air Power yang harus dibangun TNI AU. “Melalui studi komparatif atas beberapa negara maju di dunia, di antaranya: Amerika Serikat, Inggris dan Australia, umumnya memiliki kesamaan dalam merumuskan peran inti kekuatan udara ke dalam 4 hal, yaitu: Pengendalian Udara, Pengintaian dan Pengamatan Udara, serta Mobilitas Udara. Kemudian kita juga akan melihat evolusi teori Air Power, perkembangan teknologi dirgantara, hingga merumuskan konsep transformasi ideal untuk TNI AU sesuai dengan kondisi yang kita hadapi,” jelasnya.
Setelah menjelaskan dasar konsep Air Power, Kasau kemudian menerangkan acuan daripada konsep transformasi Air Power itu sendiri. “Air Power ini memiliki arah yang sama dengan visi pembangunan negara. Khususnya dengan kebijakan pertahanan Republik Indonesia, pada peraturan Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2021, tentang kebijakan umum pertahanan negara 2020-2024 ditegaskan bahwa pembangunan wilayah pertahanan di udara, dalam rangka melindungi wilayah udara nasional, termasuk menetapkan zona identifikasi pertahanan udara dan membangun sistem identifikasi pertahanan udara Indonesia yang dilakukan dengan peningkatan kekuatan udara. Mengacu pada perpres tersebut maka kebutuhan akan penyusunan konsep Air Power guna mengakselerasi peningkatan kekuatan udara juga semakin tinggi. Sehingga, dimulailah proses awal perumusan konsep Plan Bobcat yang disusun dengan mengacu dinamika geopolitik internasional dan dengan mengikuti perkembangan teknologi dirgantara,” terangnya.
“Hadirin sekalian, inilah framework yang menjadi intisari dari Plan Bobcat. Dengan mengamati dinamika geopolitik, perkembangan teknologi, referensi Air Power negara maju, serta melihat kondisi internal negara sendiri, saya merumuskan bahwa Air Power di Indonesia dibangun dengan meningkatkan kemampuan TNI AU sebagai instrumen strategis negara dalam mengamankan kepentingan nasional,” tuturnya.
Setelah sambutan dari Kasau, acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanggapan oleh Imelda Marsela Wangkar sebagai moderator dan Marsda TNI Samsul Rizal, S.I.P., M.Tr. (Han), Dr. Kusnanto Anggoro, Adi Widjajanto, Curie Maharani, PHD, sebagai penanggap. Setelah sesi tersebut, diadakan sesi tanya-jawab antara audiens dan para penanggap yang kemudian dilanjutkan dengan foto bersama.
MB101 – DN
Comment